Belajar Memahami Kehendak-Nya
“Maka jangan
menggerutu saat rencanamu dengan takdir Allah belum bertemu, bisa jadi memang
itu bukanlah sebaik-baik waktu. Jangan pula berburuk sangka, karena hanya
Dia-lah yang paling baik rencananya. Jangan pula berputus asa, karena bisa
jadi, jalan keluar itu hadir dari arah yag tidak disangka-sangka” (Dewi Nur
Aisyah)
Hemm …
Hemm …
Bismillahirahmanirahim
( In the name of Allah, The Most Gracious, The Most Merciful )
Kira kira tepat satu tahun lalu, Januari 2017 saya membuka sebuah situs online yang berisikan pengumuman penerimaan mahasiswa baru disebuah Universitas di negeri seberang. Dengan penuh perasaan haru bercampur syukur dan bingung saat kubaca pesan paling atas bahwa saya diterima di International Islamic University Malaysia (IIUM) di Jurusan Islamic Finance, Alhamdulillah alaa kulli hal sesuai dengan harapan.
Panik adalah hal yang terjadi setelah ucap syukur yang utama. Panik karena harusnya perkuliahan dimulai bulan Februari, sedang saya belum urus visa dan segala keperluan kesana.
Sebenarnya sudah sangat telat sih saya buka pengumunan tersebut, karena waktu saya lihat waktu diterbitkannya pengumuman itu sudah sejak akhir November 2016, satu setengah bulan sejak saya kirim dokumen via pos.
Ternyata setelah diruntut kejadiannya mengapa ini terjadi, jawabannya adalah miss communication dan saya kurang informasi.
Kira kira tepat satu tahun lalu, Januari 2017 saya membuka sebuah situs online yang berisikan pengumuman penerimaan mahasiswa baru disebuah Universitas di negeri seberang. Dengan penuh perasaan haru bercampur syukur dan bingung saat kubaca pesan paling atas bahwa saya diterima di International Islamic University Malaysia (IIUM) di Jurusan Islamic Finance, Alhamdulillah alaa kulli hal sesuai dengan harapan.
Panik adalah hal yang terjadi setelah ucap syukur yang utama. Panik karena harusnya perkuliahan dimulai bulan Februari, sedang saya belum urus visa dan segala keperluan kesana.
Sebenarnya sudah sangat telat sih saya buka pengumunan tersebut, karena waktu saya lihat waktu diterbitkannya pengumuman itu sudah sejak akhir November 2016, satu setengah bulan sejak saya kirim dokumen via pos.
Ternyata setelah diruntut kejadiannya mengapa ini terjadi, jawabannya adalah miss communication dan saya kurang informasi.
Jawaban dari Universitas yang
saya kira adalah berupa lembaran kertas pemberitahuan tentang ‘admission’
yang dikirim ke alamat rumah, ternyata tak kunjung sampai.
Hingga akhirnya saya
mencoba mengirim pesan elektronik kepada pihak admission Universitas,
menanyakan status pendaftaran saya, dan dimana saya bisa mendapatkan pengumuman
tersebut.
Daan Qadarullah pesan itu tidak kunjung mendapat balasan. Lalu setelah itu saya mencoba menghungi Ikatan Pelajar Indonesia yang ada disana untuk mendapat bimbingan.
Singkat cerita akhirnya saya tidak bisa mengambil perkuliahan di Intake bulan Februari.
Saya pikir, “tenang masih ada harapan di intake selanjutnya di bulan Juni”.
Daan Qadarullah pesan itu tidak kunjung mendapat balasan. Lalu setelah itu saya mencoba menghungi Ikatan Pelajar Indonesia yang ada disana untuk mendapat bimbingan.
Singkat cerita akhirnya saya tidak bisa mengambil perkuliahan di Intake bulan Februari.
Saya pikir, “tenang masih ada harapan di intake selanjutnya di bulan Juni”.
setelah itu saya dihadapkan untuk membuat ‘Defferment Letter’ atau penundaan
studi untuk bisa ikut intake di bulan Juni mendatang.
Daan Qadarullah lagi, saya tidak jadi membuat ‘deffermen letter’ tersebut karena beberapa pertimbangan.
Dan akhirnya setelah itu saya tutup lembaran buku “Road to IIUM” ini dengan berat hati, menguburnya dalam, berharap rasa kecewa segera terobati.
Namun yang selalu saya catat dalam hati adalah “oke ngga papa ku kubur mimpi menimba ilmu di IIUM sekarang, tapi menimba ilmu ekonomi islam tetap terpatri dalam sanubari dan tidak akan pernah luput untuk selalu digali”
Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun ….
Daan Qadarullah lagi, saya tidak jadi membuat ‘deffermen letter’ tersebut karena beberapa pertimbangan.
Dan akhirnya setelah itu saya tutup lembaran buku “Road to IIUM” ini dengan berat hati, menguburnya dalam, berharap rasa kecewa segera terobati.
Namun yang selalu saya catat dalam hati adalah “oke ngga papa ku kubur mimpi menimba ilmu di IIUM sekarang, tapi menimba ilmu ekonomi islam tetap terpatri dalam sanubari dan tidak akan pernah luput untuk selalu digali”
Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun ….
Mimpi yang tak
terlupakan itu lama lama tergerus juga,
bukan, bukan menyerah,
hanya teralihkkan sementara karena hal lainnya.
Sampai suatu ketika,
salah seorang sahabat menawarkan sebuah buku bertajuk “Sakinah Finance”
yang ditulis oleh pasangan Dr. Murniati Mukhlisin dan Dr Luqyan Tamanni. Beliau
beliau berdua adalah seorang expert dibidang keuangan islam dan pengajar di
STEI Tazkia. Yang ajaibnya saya mengetahui bahwa Dr. Murniati adalah seorang
lulusan dari IIUM.
Daan tetiba serasa
ketemu ‘mantan’, yang lama kangen, karena beliau adalah lulusan dari bakal
calon kampus yang dulu menjadi dambaan.
Dan tentu saja pertemuan dengan buku ini menjadi ‘booster’ tersendiri bagi saya.
Dan tentu saja pertemuan dengan buku ini menjadi ‘booster’ tersendiri bagi saya.
Pertama, setiap kali
saya membaca buku tersebut saya selalu merasa merinding, kenapa ??
karena saya merasa sedang ‘ditoel’ oleh Sang Maha Rahman, seolah olah Ia berpesan untuk tetap memperjuangkan mimpi, untuk jangan pernah ragu pada Kekuasaan - Nya, dan meyakinkan bahwa Ia selalu mendengakan setiap pinta ku.
karena saya merasa sedang ‘ditoel’ oleh Sang Maha Rahman, seolah olah Ia berpesan untuk tetap memperjuangkan mimpi, untuk jangan pernah ragu pada Kekuasaan - Nya, dan meyakinkan bahwa Ia selalu mendengakan setiap pinta ku.
Booster kedua yang
saya tangkap adalah apakah IIUM?? Hemm …
katakanlah saya
abaikan booster kedua dan fokus pada yang pertama. Sungguh seketika itu saya
menangis, megakui segala kefuturan dan kedzoliman diri, pada Ia Yang Maha
Kuasa. Atas diri yang seringkali berlepas dari syukur kepadanya, dan berfikir
bahwa kegagalan adalah bentuk ketidaksukaan - Nya pada kita, padahal bisa jadi
dengan kegagalan saya waktu itu, akan lebih banyak lagi ilmu yang saya dapatkan,
dan itu benar adanya.
Dan sejak pertemuan
dengan buku itu, saya selalu merasa kangen dengan segala mimpi mimpi yang belum
tuntas, yakin dan percaya bahwa hanya kepada Ia lah kita bergantung. Bukankah
jawaban dari pinta tidak selalu ‘Iya kuberikan sekarang’ (?), bisa
jadi ‘Iya, tapi bukan sekarang saat yang tepat’, atau ‘bukan ini, ada
yang lebih baik akan kuberikan’.
Yang harus kita tanamkan dalam hati adalah sebuah keyakinan, dibarengi dengan berbagai ikhtiar pastinya.
Yang harus kita tanamkan dalam hati adalah sebuah keyakinan, dibarengi dengan berbagai ikhtiar pastinya.
Kita hanya perlu yakin
pada Iradat - Nya adalah sebaik baik jalan yang akan kita tempuh, karena sebuah
nikmat dan rejeki bisa datang dari berbagai arah.
Tetap langitkan doa
dan selalu meminta seperti Nabi Allah Ibrahim As
Tetap langitkan doa
dan tidak pernah berputus asa seperti Nabi Allah Zakaria As
Kantor Lazismu Banjarnegara, 5 Januari 2018
Komentar
Posting Komentar